Poros 
Menurut Elemenn Mesin Sularso,1987:hal 1, Poros adalah salah satu bagian terpenting dari mesin. Hampir semua  mesin
 meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan dalam transmisi 
seperti itu dipegang oleh poros. Secara garis besarnya poros dibedakan 
menjadi: 
1.      Poros transmisi 
Poros
 ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya 
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk 
dan sproket rantai. 
2.      Spindel 
Spindel
 adalah poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin 
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus 
dipenuhi oleh poros ini adalah depormasinya harus kecil  dan bentuk serta ukurannya harus teliti. 
3.      Gandar 
Gandar
 adalah poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang dimana, 
tidak mendapat beban puntir. Gandar ini hanya mendapat beban lentur.
Dalam merencanakan sebuah poros hal-hal penting yang diperhatikan adalah sebagai berikut :
1.      Kekuatan poros
Kekuatan
 poros adalah kekuatan poros untuk menerima beban puntir atau lentur 
atau gabungannya. Perlu juga diperhatikan jika poros mendapat alur pasak
 atau mengalami pengecilan diameter (poros bertingkat). Jadi poros harus
 kuat dan mampu untuk menerima semua beban tersebut.
2.      Kekauan poros
Meskipun
 poros sudah kuat tetapi jika lenturan atau defleksi puntirannya harus 
besar, misalnya pada kotak roda gigi. Oleh karena itu disamping 
kekuatannya harus diperhatikan dan disesuaikan dengan mesin yang akan 
dilayani.
3.      Putaran kritis 
Bila
 putaran suatu mesin dinaikkan maka pada harga tertentu akan menimbulkan
 getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kristis.  Jika mungkin poros harus direncanakan dengan putaran kerja dibawah putaran kristisnya.
4.      Bahan 
Bahan
 untuk poros hendaknya bahan yang tahan terhadap korosi, terutama untuk 
poros yang bersinggungan langsung dengan fluida yang korosif dan poros 
mesin yang sering berhenti dalam jangka waktu yang lama. Tetapi pada 
batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.
a.             Poros yang menerima momen puntir
Momen puntir (juga disebut sebagai momen rencana) adalah T (kg.mm) maka momen puntir dapat dicari dengan :
T     = 9,74 x 105 ………..……………(2.1) Sularso,Elemen Mesen, hal. 7
Dimana:
T     = Momen Puntir / Torsi (Kg.mm)
Pd  = Daya rencana (Kw)
n1    = Putaran poros (rpm)
b.            Poros dengan beban berfluktuasi
Dalam
 praktek sebenarnya, poros mendapatkan momen torsi dan momen bending 
yang berfluktuasi. Untuk merencanakan poros lurus dan poros counter maka haruslah mempertimbangkan adanya faktor kombinasi shock  dan fatique didalam
 menghitung momen torsi (T) dan momen bending (M). Suatu poros yang 
mendapatkan beban kombinasi momen bending dan torsi, maka :
-          Momen torsi eqivalen (Te) :
Te = 
 ……………...   (2.2)
 ……………...   (2.2) ) Khurmi, 
Machine Design, hal. 431
-          Momen bending equivalen (Me) :
Me =  .... (2.3) Khurmi, Machine Design, hal. 431
.... (2.3) Khurmi, Machine Design, hal. 431  
Dimana :
Km= faktor kombinasi shock  dan fatique untuk bending
Kt  = faktor kombinasi shock  dan fatique untuk torsi
Table 2.1 Harga Km dan Kt
   | 
Jenis Pembahasan | 
Km | 
Kt | 
   | 
-            Poros Diam 
Beban berangsur-angsurBeban mendadak (kejut) 
-            Poros berputar 
Beban tenang (steady)Beban mendadak / kejut ringan Beban mendadak / kejut berat | 
 
1,0 
1,5 – 2,0 
 
1,5 
1,5 – 2,0 
2,0 – 3,0 | 
 
1,0 
1,5 -2,0 
 
1,0 
1,5 – 2,0 
1,5 – 3,0 | 
(Sumber : Elemen mesin I, hal. 149)
Diameter poros yang direncanakan menurut puntir equivalen (Te)
ds  = …………………………….(2.4)
…………………………….(2.4) Khurmi, 
Machine Design, hal 411
 
Diameter poros yang direncanakan menurut puntir equivalen (Me)
ds        =
…………………………….(2.5)Khurmi, 
Machine Design, hal 415
 
                       Penerus daya dengan sabuk (belt)
Sabuk
 penggerak adalah suatu peralatan dari mesin yang bekerjanya berdasarkan
 dari gesekan. Melalui gesekan antara puli dan sabuk penggerak gaya 
melingkar dapat dipindahkan dari puli penggerak ke puli yang digerakan. 
Perpindahan gaya ini tergantung dari tekanan sabuk  penggerak ke permukaan puli, maka ketegangan  dari
 sabuk penggerak sangatlah penting dan bila terjadi slip kekuatan 
geraknya akan berkurang. Transmisi sabuk dapat dibagi atas tiga kelompok
 yaitu :
1.      Sabuk rata
Sabuk rata dipasang  pada puli silinder dan meneruskan  momen antara dua poros yang  jaraknya dapat sampai 10 m dengan perbandingan putaran  antara 1/1 sampai 6/1.
2        Sabuk dengan penampang  trapesium
Dipasang pada puli  dengan alur dan meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat sampai  5 m  dengan perbndingan putaran  1/1 sampai 7/1.
3.      Sabuk dan gigi
Digerakkan
 dengan sproket pada jarak pusat sampai 2 m dan meneruskan putaran 
secara tepat dengan perbandingan antara 1/1 sampai 6/1.
Sebagian besar transmisi  sabuk  menggunakan sabuk-V  karena  muda penanganannya dan harganya murah. Kecepatan sabuk  direncanakan 10 sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum  sampai 25 (m/s). Daya maksimum  yang dapat  ditrasmisikan  kurang lebih sampai 500 (Kw).
Sumber : (Elemen Mesin II, Ir. I Made Rasta,2005,hal 48)
a.       Transmisi sabuk datar 
Menurut Elemen Mesin II, Ir.I Made Rasta,2005,hal 50, sabuk penggerak  datar memberikan fleksibel, menyerap hentakan, pemindahan  kekuatan  yang efisien  pada kecepatan tinggi, tahan tehadap kikisan panas dan harganya murah. Selain itu sabuk datar ini juga  dapat dipakai  pada puli yang kecil. Kelemahan dari sabuk ini  adalah karena  sabuk ditentukan  untuk tekanan  yang tinggi, maka menyebabkan beban  yang besar  bagi batalan . Adapun tipe dari sabuk  penggerak datar ini yaitu :
1.      Sabuk terbuka
Sabuk ini digunakan  untuk menghubungkan  dua poros sejajar  dan berputar  dengan arah  yang sama. Jika jarak diantara  kedua sumbu besar, maka sisi kencang  sabuk ditempatkan  pada bagian bawah.
2.      Sabuk silang 
Sabuk ini digunakan untuk dua poros sejajar  dengan putaran  berlawanan arah. Untuk  menghindari sobekan keausan, jarak kedua poros maksimum 20b, dimana b adalah lebar sabuk dengan kecepatan di bawah 15 (m/s
2)
 
3.      Sabuk perempat putaran
Digunakan pada poros yang tegak lurus dan berputar pada satu arah  tertentu.
 Jika dikehendaki arah lain maka perlu puli pengarah. Untuk mencegah 
lepasnya sabuk, lebar bidang singgung puli harus lebih besar atau sama 
dengan 1,4 lebar sabuk.
4.      Sabuk dengan puli  pengencang 
Sabuk ini digunakan pada poros sejajar dengan sudut  kontak kecil pada puli kecil. 
5.      Sabuk kompon
Digunakan  untuk meneruskan daya dari  poros satu ke poros lainnya melalui beberapa puli.
6.      Sabuk dengan puli pelepas
Sabuk ini digunakan jika dikehendaki menghentikan atau menjalankan  poros mesin  tanpa mempengaruhi  puli penggerak. Puli yang dipasak  pada poros mesin dan yang berputar  pada kecepatan  sama poros mesin disebut  test pulley. Puli yang berputar bebas  disebut  a loose pulley.
b.   Transmisi sabuk –V
Menurut Elemen Mesin,Sularso,1987,hal 163, Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang  trapesium. Tenunan  tetoron  atau semacamnya dipergunakan sebagai inti  sabuk
 untuk membawa tarikan yang besar (Gambar2.6). Sabuk-V dibelitkan 
dikeliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang 
membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian 
dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan  bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya  yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk-V dibandingkan dengan sabuk rata.
Dalam Gambar 2.7 diberikan berbagai proporsi penampang sabuk-V yang umum dipakai 
1.      Terpal
2.      Bagian Penarik
3.      Karet Pembungkus
4.      Bantal Karet
Atas dasar daya rencana dan 
putaran poros penggerak, penampang sabuk-V yang sesuai dapat diperoleh 
(lihat gambar 2.8). Daya rencana dihitung dengan mengalikan daya yang 
akan diteruskan dengan factor koreksi.
 
Gambar 2.8 Diagram pemilihan sabuk-V
Sumber : Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, hal. 164
Transmisi sabuk-V hanya dapat menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan putaran yang sama.  Dibandingkan
 dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan
 tak bersuara. Untuk mempertinggi daya yang ditransmisikan dapat dipakai
 beberapa sabuk-V yang dipasang sebelah-menyebelah. Jarak sumbu poros 
harus sebesar 1,5 – 2 kali diameter puli besar.
Putaran puli penggerak dan yang digerakkan berturut-turut adalah n1 (rpm) dan n2 (rpm), dan diameter nominal masing-masing adalah dp (mm) dan Dp (mm) serta perbandingan putaran U dinyatakan dengan n2/n1
 atau dp/Dp. Karena sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, 
maka perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan reduksi i (i >
 1) dimana :
........... 
 .......................................
....................................... (2.6) Elemen mesin Sularso.hal 166
Dimana :
n1........ = Putaran penggerak (rpm)
n2........ = Putaran yang digerakkan (rpm)
dp....... = Diameter puli penggerak (mm)
Dp...... = Diameter puli yang digerakkan (mm)
Kecepatan linier sabuk-V (m/s) adalah :
........... 
 ....................................................
.................................................... (2.7) Khurmi, 
Machine Design, hal 667 
Dimana :
V ....... = Kecepatan linier sabuk (m/s)
dp ...... = Diameter puli penggerak (mm)
n1........  = Putaran penggerak (rpm)
Panjang keliling sabuk yaitu :
 …….…
…….… …(2.8)Elemen Mesin, Sularso. hal 170
 
Dimana :
L......... = Panjang keliling sabuk (mm)
C........ = Jarak antar poros (mm)
Tabel  2.2 Panjang Sabuk  V standar 
   | 
Nomor nominal
 | 
Nomor nominal
 | 
Nomor nominal
 | 
Nomor nominal
 | 
   | 
(inch) | 
(mm) | 
(inch) | 
(mm) | 
(inch) | 
(mm) | 
(inch) | 
(mm) | 
   | 
10 | 
254 | 
45 | 
1143 | 
80 | 
2032 | 
115 | 
2921 | 
   | 
11 | 
279 | 
46 | 
1168 | 
81 | 
2057 | 
116 | 
2946 | 
   | 
12 | 
305 | 
47 | 
1194 | 
82 | 
2083 | 
117 | 
2972 | 
   | 
13 | 
330 | 
48 | 
1219 | 
83 | 
2108 | 
118 | 
2997 | 
   | 
14 | 
356 | 
49 | 
1245 | 
84 | 
2134 | 
119 | 
3023 | 
   | 
15 | 
381 | 
50 | 
1270 | 
85 | 
2159 | 
120 | 
3048 | 
   | 
16 | 
406 | 
51 | 
1295 | 
86 | 
2184 | 
121 | 
3073 | 
   | 
17 | 
432 | 
52 | 
1321 | 
87 | 
2210 | 
122 | 
3099 | 
   | 
18 | 
457 | 
53 | 
1346 | 
88 | 
2235 | 
123 | 
2124 | 
   | 
19 | 
483 | 
54 | 
1372 | 
89 | 
2261 | 
124 | 
3150 | 
   | 
20 | 
508 | 
55 | 
1397 | 
90 | 
2311 | 
125 | 
3175 | 
   | 
21 | 
533 | 
56 | 
1422 | 
91 | 
2337 | 
126 | 
3200 | 
   | 
22 | 
559 | 
57 | 
1448 | 
92 | 
2362 | 
127 | 
3226 | 
   | 
23 | 
584 | 
58 | 
1473 | 
93 | 
2388 | 
128 | 
3251 | 
   | 
24 | 
610 | 
59 | 
1499 | 
94 | 
2413 | 
129 | 
3277 | 
   | 
25 | 
635 | 
60 | 
1524 | 
95 | 
2438 | 
130 | 
3302 | 
   | 
26 | 
660 | 
61 | 
1549 | 
96 | 
2464 | 
131 | 
3327 | 
   | 
27 | 
686 | 
62 | 
1575 | 
97 | 
2489 | 
132 | 
3353 | 
   | 
28 | 
711 | 
63 | 
1600 | 
98 | 
2515 | 
133 | 
3378 | 
   | 
29 | 
737 | 
64 | 
1626 | 
99 | 
2540 | 
134 | 
3404 | 
   | 
30 | 
762 | 
65 | 
1651 | 
100 | 
2565 | 
135 | 
3429 | 
   | 
31 | 
787 | 
66 | 
1676 | 
101 | 
2591 | 
136 | 
3454 | 
   | 
32 | 
813 | 
67 | 
1702 | 
102 | 
2616 | 
137 | 
3480 | 
   | 
33 | 
838 | 
68 | 
1727 | 
103 | 
2616 | 
138 | 
3505 | 
   | 
34 | 
864 | 
69 | 
1753 | 
104 | 
2642 | 
139 | 
3531 | 
(Sumber : Dasar Perencanaan dan Pemilihan  Elemen Mesin hal, Sularso. 168)
Jumlah sabuk yang diperlukan
........... 

  ..
………………..………………………(2.9) Elemen Mesin, Sularso. hal 173
Dimana :
N ....... = Jumlah sabuk yang diperlukan
Pd....... = Daya rencana motor (Kw)
Po....... = Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal (tabel 2.2)
KÓ¨..... = Faktor koreksi (tabel 2.3)
Tabel 2.3 Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal Po (Kw)
   | 
Putaran   puli kecil (rpm) | 
Penampang   A | 
   | 
Merek   Merah | 
Standar | 
Harga   tambahan karena 
perbandingan   putaran | 
   | 
67   mm | 
100   mm | 
67   mm | 
100   mm | 
1,25-1,34 | 
1,35-1,51 | 
1,52-1,99 | 
2,00- | 
   | 
200 
400 
600 
800 
1000 
1200 
1400 
1600 | 
0,15 
0,26 
0,35 
0,44 
0,52 
0,59 
0,66 
0,72 | 
0,31 
0,55 
0,77 
0,98 
1,18 
1,37 
1,54 
1,71 | 
0,12 
0,21 
0,27 
0,33 
0,39 
0,43 
0,48 
0,51 | 
0,26 
0,48 
0,67 
0,84 
1,00 
1,16 
1,31 
1,43 | 
0,01 
0,04 
0,05 
0,07 
0,08 
0,10 
0,12 
0,13 | 
0,02 
0,04 
0,06 
0,08 
0,10 
0,12 
0,13 
0,15 | 
0,02 
0,04 
0,07 
0,09 
0,11 
0,13 
0,15 
0,18 | 
0,02 
0,05 
0,07 
0,10 
0,12 
0,15 
0,18 
0,20 | 
   | 
Putaran   puli kecil (rpm) | 
Penampang   B | 
   | 
Merek   Merah | 
Standar | 
Harga   tambahan karena 
perbandingan   putaran | 
   | 
118mm | 
150 
mm | 
118mm | 
150   mm | 
1,25-1,34 | 
1,35-1,51 | 
1,52-1,99 | 
2,00- | 
   | 
200 
400 
600 
800 
1000 
1200 
1400 
1600 | 
0,51 
0,90 
1,24 
1,56 
1,85 
2,11 
2,35 
2,67 | 
0,77 
1,38 
1,93 
2,43 
2,91 
3,35 
3,75 
4,12 | 
0,43 
0,74 
1,00 
1,25 
1,46 
1,82 
1,14 
1,42 | 
0,67 
1,18 
1,64 
2,07 
2,46 
2,82 
2,14 
3,42 | 
0,04 
0,09 
0,13 
0,18 
0,22 
0,26 
0,31 
0,35 | 
0,05 
0,10 
0,15 
0,20 
0,26 
0,31 
0,36 
0,41 | 
0,06 
0,12 
0,18 
0,23 
0,30 
0,35 
0,41 
0,47 | 
0,07 
0,13 
0,20 
0,26 
0,33 
0,40 
0,46 
0,53 | 
(Sumber : Elemen Mesin, Sularso, hal. 172)
Tabel 2.4 Faktor Koreksi (KÓ¨)
   | 
Dp-dp
C | 
Sudut   kontak Puli Kecil Ó¨ (0) | 
Faktor   Koreksi KÓ¨ | 
   | 
0,00 
0,10 
0,20 
0,30 
0,40 
0,50 
0,60 
0,70 
0,80 
0,90 
1,00 
1,10 
1,20 
1,30 
1,40 
1,50 | 
180 
174 
169 
163 
157 
151 
145 
139 
133 
127 
120 
113 
106 
99 
90 
83 | 
1,00 
0,99 
0,97 
0,96 
0,94 
0,93 
0,91 
0,89 
0,87 
0,85 
0,82 
0,80 
0,77 
0,73 
0,70 
0,65 | 
(Sumber : Elemen Mesin, Sularso, hal. 174)
Sudut
 antara kedua sisi penampang sabuk yang dianggap sesuai adalah sebesar 
30 – 40 derajat. Semakin kecil sudut ini, gesekan akan semakin besar 
karena efek baji. Sudut yang kecil pada sabuk kecil atau sabuk standar 
dapat menyebabkan terbenamnya sabuk kedalam alur puli. Akhir-akhir ini 
dalam perdagangan diperkenalkan sabuk-V dengan sudut lebar, yaitu 60 
derajat. Untuk sabuk ini dipakai bahan dengan perpanjangan yang kecil 
untuk memperbaiki sifat buruk diatas. Tetapi dengan kondisi semacam ini,
 gesekan dan perbandingan tarikan yang dicapai menjadi lebih rendah. 
Sifat
 penting dari sabuk yang perlu diperhatikan adalah perubahan bentuknya 
karena tekanan samping, dan ketahanannya terhadap panas. Bahan yang 
biasa dipakai adalah karet alam atau sentesis. Pada masa sekarang, telah
 banya dipakai karet niopren yang kuat. Tetapi akhir-akhir ini pemakaian
 inti tetoron semakin populer untuk memperbaiki sifat perubahan panjang 
sabuk karena kelembaban dan karena pembebanan. Dalam proses pembuatan 
sabuk, inti tetoron dapat mengerut pada waktu pendinginan, sehingga 
perlu proses khusus untuk memperbaikinya. Ada juga proses yang 
membiarkan pengerutan tersebut dengan perhitungan panas dan memulihkan 
bentuknya ke keadaan semula. 
Untuk menentukan tegangan sabuk digunakan rumus : 
........... 
 ................................
  ................................ (2.10) Elemen Mesin, Sularso. hal 173
Selanjutnya digunakan rumus hubungann antara tegangan sabuk dengan sudut kontak yaitu :
 ...........................................
........................................... (2.11) Khurmi, 
Machine Design, hal 666 
 
Dimana :
T1     = Tegangan sabuk pada sisi tarik ( N )
T2     = Tegangan sabuk pada sisi tekan ( N )

     = Koefisien gesek sabuk 
 

     = Sudut antara kedua sisi penampang sabuk
 

      = Sudut kontak sabuk ( rad )
 
Sedangkan besar momen puntir yang ditimbulkan oleh putaran puli yaitu :
         P = (T1 – T2 ) .R .............................................. (2.12) Khurmi, Machine Design, hal 668
Dimana :
P = daya ( watt )
V = kecepatan linier sabuk ( m/s2 )
c.    Penerus daya dengan sabuk gilir
Menurut Elemen mesin,Sularso,1987,hal 179 Tranmisi
 sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa 
keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah 
mendapatkan perbandingan yang diinginkan. Namun transmisi sabuk tersebut
 mempunyai kekurangan dibandingkan rantai atau roda gigi, yaitu karena 
terjadi slip pada pulinya dan sabuk. Oleh karena itu macam tranmisi 
sabuk biasanya tidak dapat dipakai bilamana dikehendaki putaran tetap 
atau perbandingan transmisi yang tetap. Akhir-akhir ini telah 
dikembangkan macam sabuk yang dapat mengatasi kekurangan tersebut yaitu 
sabuk gilir timing belt. Pada gambar 2.9 digambarkan sabuk gilir yang telah dililit pada sebuah puli.
            Sabuk
 gilir terbuat dari karet neopon atau plastik peiuretan sebagai bahan 
cetak, dengan inti serat gelas atau kawat baja, serta gigi yang 
diletakan dengan teliti dipermukaan sebelah dalam dari sabuk ini. Karena
 sabuk ini dapat melakukan trasmisi mengait seperti roda gigi atau 
rantai, maka gerakan dengan perbandingan yang tetap dapat diperoleh. 
Batas maximum kecepatan sabuk gilir 25 m/s2, yang berarti lebih tinggi dari sabuk-V dan daya yang dapat ditransmisikan adalah sampai 60 KW.
                       Bantalan
Menurut Elemen mesin,Sularso,1987,hal 103, Bantalan
 adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau 
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang 
umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen 
mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan 
baik maka prestasi seluruh system akan menurun atau tidak dapat bekerja 
secara semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan 
peranannya dengan pondasi pada gedung.
A.     Klasifikasi Bantalan
Menurut Elemen mesin,Sularso,1987,hal 103 Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
a.       Bantaan luncur
Pada
 bantalan ini terjadi gesekan antara permukaan poros dan bantalan, 
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan lapisan 
pelumas.
b.      Bantalan gelinding
Pada
 bantalan gelinding terjadi gesekan gelinding antara bagian berputar 
dengan bagian yang diam menekan elemen gelinding seperti bola (peluru), 
rol atau rol jarum dan rol bulat.
2.      Atas dasar arah beban terhadap poros
a.       Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
b.      Bantalan aksial
Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
c.       Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
B.        Perbandingan antara Bantalan Luncur dan Bantalan Gelinding
Bantalan luncur Menurut Elemen mesin,Sularso,1987,hal 103
 mampu menumpu poros berputar tinggi dengan beban besar. Bantalan ini 
sederhana konstruksinya dan dapat dibuat serta dipasang dengan mudah. 
Karena gesekannya yang besar pada wakyu mulai jalan, bantalan luncur 
memerlukan momen awal yang besar. Pelumasan pada bantalan ini tidak 
begitu sederhana. Panas yang timbul dari gesekan yang besar, terutama 
pada beban besar, memerlukan pendinginan khusus. Sekalipun demikian, 
karena adanya lapisan pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan 
getaran sehingga hampir tidak bersuara. Tingkat ketelitian yang 
diperlukan tidak setinggi bantalan gelinding sehingga dapat lebih mudah .
Bantalan
 gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil daripada bantalan 
luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada 
bantalan ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen 
gelinding tersebut. Karena konstruksinya yang sukar dan ketelitiannya 
yang tinggi, maka bantalan gelinding hanya dibuat oleh pabrik-pabrik 
tertentu saja. Adapun haraganya pada umumnya lebih mahal daripada 
bantalan luncur. Untuk menekan biaya pembuatan serta memudahkan 
pemakaian, bantalan gelinding diproduksi menurut standar dalam berbagai 
ukuran dan bentuk. Keunggulan bantalan ini adalah pada gesekannya yang 
sangat rendah. Pelumasannya pun sangat sederhana, cukup dengan gemuk, 
bahkan pada macam yang memakai sil sendiri tak perlu pelumasan lagi. 
Meskipun ketelitiannya sangat tinggi, namun karena adanya gerakan elemen
 gaduh dibandingkan dengan bantalan luncur.
Pada
 waktu memilih bantalan, ciri masing-masing harus dipertimbangkan sesuai
 pemakaian, lokasi, dan macam beban yang akan dialami.
C.      Perhitungan Beban dan Umur Bantalan Gelinding
1.             Perhitungan beban equivalen
Menurut Elemen mesin,Sularso,1987,hal 134 Suatu
 beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sama 
dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya 
disebut beban ekivalen dinamis. Jika suatu deformasi permanen, ekivalen 
dengan deformasi permanent maksimum yang terjadi karena kondisi beban 
statis yang sebenarnya pada bagian dimana elemen gelinding membuat 
kontak dengan cincin pada tegangan maksimum, maka beban yang menimbulkan
 deformasi tersebut dinamakan beban ekivalen statis. Misalkan sebuah 
bantalan membawa beban radial Fr (kg) dan beban aksial Fa (kg). Maka 
beban ekivalen dinamis P (kg) adalah sbagai berikut :
Untuk bantalan radial (kecuali bantalan rol silinder)
........... Pr = XV Fr + Y Fa ......................................... (2.13) Elemen Mesin, Sularso. hal 135)
Untuk bantalan aksial
........... P = X Fr + Y Fa ............................................... (2.14) Elemen Mesin, Sularso. hal 135)
Factor
 V sama dengan 1 untuk pembebanan pada cincin dalam yang berputar, dan 
1,2 untuk pembebanan pada cincin luar yang berputar. Harga-harga X dan Y
 terdapat dalam table 2.5 berikut ini :
Tabel 2.5 Faktor-faktor V, X, Y dan Xo, Yo
   | 
Jenis Bantalan | 
Beban putaran pd cincin dalam | 
Beban putaran pd cincin luar | 
Baris tunggal Fa/VF1>e | 
Baris ganda Fa/VFr<eFa/VFr   >e | 
e | 
Baris 
Tunggal | 
Baris ganda | 
   | 
V | 
X | 
Y | 
X | 
Y | 
X | 
Y | 
 | 
Xo | 
Yo | 
Xo | 
Yo | 
   | 
Bantalan bola alur dalam | 
FaCo =          0,014 
          =   0,028 
          =   0,028 
 
          =   0,084 
          =   0,11 
          =   0,17 
          =   0,28 
          =   0,42 
          =          0,56           | 
1 | 
1,2 | 
0,56 | 
2,30 
1,99 
1,71 
 
1,55 
1,45 
1,31 
1,15 
1,04 
1,00 | 
1 | 
0 | 
0,56 | 
2,30 
1,90 
1,71 
 
1,55 
1,45 
1,31 
1,15 
1,04 
1,00 | 
0,19 
0,22 
0,26 
 
0,28 
0,30 
0,34 
0,38 
0,42 
0,44 | 
0,6 | 
0,5 | 
0,6 | 
0,5 | 
   | 
Bantalan bola luar | 
a        =   20o 
          =   25o 
          =   30o 
                =   35o 
          =   40o 
 | 
1 | 
1,2 | 
0,43 
0,41 
0,39 
0,37 
0,35 | 
1,00 
0,87 
0,76 
0,66 
0,57 | 
1 | 
1,09 
0,92 
0,78 
0,66 
0,55 | 
0,70 
0,67 
0,63 
0,60 
0,57 | 
1,63 
1,41 
1,24 
1,07 
0,93 | 
0,57 
0,68 
0,80 
0,95 
1,14 | 
0,5 | 
0,42 
0,38 
0,33 
0,29 
0,26 | 
1 | 
0,84 
0,76 
0,66 
0,58 
0,52 | 
Untuk bantalan baris tunggal, bila Fa/VFr ≤e, X = 1, Y = 0
(Sumber : Elemen Mesin, Sularso, hal. 135)
2.             Perhitungan umur nominal
Menurut Elemen mesin,Sularso,1987,hal 136 Umur
 nominal L (90% dari jumlah sample, setelah berputar 1 juta putaran 
tidak memperlihatkan kerusakan karena kelelahan gelinding) dapat 
ditentukan sebagai berikut :
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban ekivalen dinamis, maka factor kecepatan fn adalah :
Untuk bantalan bola, 
 .......................
....................... (2.15) Elemen Mesin, Sularso. hal 136
Untuk bantalan rol, 
 ................
  ................ (2.16) ; (Elemen Mesin, Sularso. hal 136)
Factor umur bantalan adalah :
Untuk kedua bantalan, 
 ..........................
 .......................... (2.17) Elemen Mesin, Sularso. hal 136
 
Untuk umur nominal Lh adalah:
Untuk bantalan bola, Lh = 500 fh3 ………………….(2.18) Elemen Mesin, Sularso. hal 136
Untuk bamtalan rol, Lh = 500 fh 10/3    ….…..……….(2.19) Elemen Mesin, Sularso. hal 136
Dimana:
Fn = factor kecepatan
Fh = Faktor umur
C  = Beban nominal dinamis spesifik (N)
Lh = Umur nominal bantalan (jam)