Sesuai namanya, motor DC adalah motor yang ditenagai sumber arus DC. 
Sehingga dibutuhkan rangkaian penyearah untuk mengubah arus sinusoidal 
(AC) menjadi arus linier (DC) jika sumber arus kita adalah arus AC.
Keuntungan menggunakan motor DC yaitu  besar kecepatan dan arah 
putaran dari motor dapat lebih mudah diatur dibanding motor AC.  Motor 
DC lebih banyak digunakan jika tersedia sumber arus DC, misal pada 
kendaraan bermotor.
Berikut gambaran skematik dari motor DC
 PRINSIP KERJA MOTOR DC
 
PRINSIP KERJA MOTOR DC  
 
 
 
Untuk memahami prinsip kerja motor DC, mula-mula kita bayangkan suatu
 model rangkaian sederhana yang terdiri dari sumber tegangan, resistor 
dan batang yang dapat digerakkan disepanjang kabel seperti skema berikut
 :

Saat sirkuit pada t=0, seketika timbul arus sebesar 
iA= VT / RA yang mengalir searah jarum jam pada rangkaian. Sesuai hukum Lorentz, timbul gaya pada batang sebesar
 
 

Dengan aturan tangan kanan untuk perkalian vector, didapat bahwa arah
 gaya pada batang adalah kekanan. Gaya tersebut menyebabkan batang 
dipercepat kekanan. Selama batang bergerak melintasi medan magnet dengan
 kecepatan 
u , timbul beda tegangan antara kedua ujung batang sebesar :

Rangkaian ekivalen dari kasus ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Besar arus pada rangkaian selama batang bergerak menjadi

Seiring dengan peningkatan laju batang,  nilai beda tegangan terinduksi (e
A) terus meningkat sehingga                  e
A = V
T. Pada
 kondisi ini , gaya Lorentz yang bekerja pada batang bernilai nol dan 
batang akan bergerak dengan kecepatan konstan selama tidak ada gesekan.
Pemodelan sebagai Motor
Jika terdapat beban gaya pada batang (load) yang berlawanan terhadapa
 arah gaya Lorentz. Beban tersebut akan memperlambat batang sehingga 
timbul keseimbangan gaya antara gaya beban trehdapa gaya Lorentz. Pada 
saat kondisi ini tercapai, batang akan bergerak dengan kecepatan 
konstan.
Besar daya yang digunakan sebagai 
mechanical power pada batang berasal dari sumber tegangan V
T yaitu sebesar :
P = eA.iA = F.u
Pemodelan sebagai Generator
Jika terdapat gaya yang menarik batang pada saat besar arus dalam 
rangkaian bernilai nol , batang akan menghasilkan beda tegangan induksi 
pada kedua ujungnya. Beda tegangan ini akan menghasilkan arus yang 
berarah berlawanan jarum jam (lihat skema) . Arus ini dapat mengisi 
baterai atau hilang sebagai panas pada resistor. Pada kondisi ini, telah
 terjadi perubahan energy mekanis (akibat tarikan pada batang) menjadi 
energy kimiawi (muatan yang tersimpan pada senyawa kimia dalam baterai)
STRUKTUR DAN CARA KERJA MOTOR DC
Struktur Rotor dan Stator
Secara umum, motor DC terdiri dari stator (bagian diam) berbentuk 
silindris dengan dengan magnet yang dipasang secara berpasangan (poles, 
magnet dapat berupa magnet permanen atau kumparan electromagnet. 
Terdapat beda kutub magnet pada keliling stator.
Didalam stator terdapat rotor (bagian bergerak) yang terdiri dari 
silinder besi terlaminasi yang dipasang pada batang penggerak (shaft) 
yang disokong oleh bantalan (bearing) sehingga shaft dapat berputar. 
Ruang kosong antara permukaan rotor dengan stator dapat diberi lilitan 
armature untuk memperbesar efek gaya Lorentz.
Gambar penampang dari motor 2 kutub ditunjukkan oleh gambar berikut :

Fluks magnet cenderung memilih jalur yang paling kecil reluktansinya.
 Karena reluktansi udara lebih besr dibanding reluktansi pada besi, 
fluks akan bergerak melewati lintasan terpebdek dari stator ke rotor. 
Akibatnya fluks medan magnet akan berarah tegak lurus secara radial 
terhadap kumparan armature. Nilai fluks magnet sama besar untuk 
sekeliling rotor karena besar medan magnet sama. Dengan hukum Lorentz 
dan aturan tangan kanan, akan dihasilkan torka yang memutar shaft 
berlawanan arah jarum jam untuk kondisi yang digambarkan.
Gaya Gerak Listrik (GGL/emf) terinduksi dan Komutasi
Saat rotor berputar, konduktor (armature dan besi) bergerak melintasi
 medan magnet yang dihasilkan stator sehingga timbul gaya Lorentz. Namun
 seiring perputaran, arah medan magnet yang dilintasi akan berubah 
terbalik sehingga menimbulkan gaya yang melawan arah putaran. Masalah 
ini dapat diatasi dengan menggunakan 
komutator untuk membalik arus sehingga arah medan magnet tetap sepanjang putaran rotor.
Ilustrasi dari cara kerja komutator digambarkan dalam skema berikut
 Rangkaian Ekivalen Motor DC
Rangkaian Ekivalen Motor DC
Rangkaian ekivalen dari motor DC dapat digambarkan sebagai berikut :

Rangkaian pada stator direpresentasikan oleh hambatan R
F  dan inductor L
F secara seri
. Pada rangkaian DC, inductor berlaku sebagai short circuit sehingga besar tegangan pada stator bernilai

Tegangan E
A pada rotor mewakili tegangan rata-rata yang 
terinduksi pada armature akibat gerak dari konduktor relatuf terhadap 
medan magnet. Tegangan E
A biasa disebut 
back emf karena arahnya berlawanan dengan arah arus sumber dari luar motor. Resistor R
A adalah hambatan dari lilitan armature dan hambatan dari sikat (pada komutator)
Besar tegangan terinduksi pada armature dapat dihitung dengan persamaan :

Dimana K adalah konstanta motor yang bergantung pada desain motor, φ 
adalah fluks magnet yang dihasilkan oleh tiap kutub stator dan ω
m adalah kecepatan sudut rotor.
Dari persamaan 
gaya Lorentz didapat torka yang dihasilkan pada mesin sebesar

Dimana I
A adalah arus pada lilitan armature, sehingga didapat besar 
developed power  yaitu besar daya yang dirubah menjadi 
mechanical power :

Besar daya ini sama dengan daya listrik yang dihasilkan :
 KURVA MAGNETISASI
KURVA MAGNETISASI
Kurva magnetisasi dari mesin DC berupa plot dari tegangan armature E
A versus arus pada stator I
F pada saat motor berputar dengan kecepatan konstan. Plot dari kurva magnetisasi dapat digambarkan sebagai berikut ;

Karena E
A berbanding lurus dengan fluks magnet , kurva magnetisasi berbentuk mirip dengan kurva fluks terhadap arus I
F. Dari hubungan yang sudah ditunjukkan dapat dituliskan rasio
 
Rasio ini menjadi basis dari analisis motor DC.
Klasifikasi Motor DC
Mesin DC dapat digolongkan berdasarkan sambungan listrik pada lilitan
 armature dan lilitan stator. Hal ini dikarenakan sambungan dari lilitan
 pada motor dapat mempengaruhi karakteristik kerja motor. Lilitan stator
 dapat berkonfigurasi 
self-excited atau 
separately-excited
 maksudnya ujung dari lilitan dapat dihubungkan dengan terminal dari 
tegangan atau dari sumber teganagn terpisah. Lebih jauh lagi, pada 
self-excited motor
 lilitan dapat dihubungkan secara seri maupun parallel terhadap lilitan 
armature. Tiap jenis sambungan berbeda akan sangat mempengaruhi tipe 
operasi mesin.
- 1.      Mesin Separately-excited

  
- Lilitan armature dan lilitan stator terpisah secara elektrik
- Lilitan stator dieksitasi oleh sumber arus DC yang terpisah
- Persamaan tegangan dan daya dari motor mengikuti persamaan sebelumnya. Besar Daya total pada motor
P
total = 
Vf.If  + 
VT.Ia
- 2.      Mesin Self-excited
Pada mesin ini, sumber tegangan yang digunakan tidak terpisah
2.1.Mesin Shunt
 
- Lilitan stator dan armature terhubung secara parallel
- Tegangan armature dan stator sama (satu sumber tegangan)
- Pada mesin ini terdapat hubungan :
- Arus total dari catu daya : IL = If  + Ia
- Input daya total : VT.IL
 
2.2. Mesin DC seri 
- Lilitan armature dan lilitan stator terhubung secara seri
- Arus pada lilitan stator dan lilitan armature memilik nilai yang sama.
Motor seri 
wound disebut juga motor universal. Disebut universal karena motor    ini dapat beroperasi untuk sumber tegangan AC maupun DC.
2.3.Mesin DC Majemuk (compound)
Mesin tipe ini memiliki hubungan lilitan shunt dan seri secara 
gabungan. Pada lilitan seri, litan stator terhubung secara seri dengan 
lilitan armature, dan pada lilitan shunt, lilitan stator terhubung 
secara parallel dengan armature. Terdapat dua jenis konfigurasi :
Cumulative compounding :
Jika fluks magnet yang dihasilkan dari kedua lilitan searah sehingga terjadi penjumlahan fluks
Differential compounding :
Jika fluks yang dihasilkan kedua lilitan saling berlawanan sehingga terjadi pengurangan fluks
 
PERHITUNGAN PERFORMA
Motor DC seringkali digunakan untuk memutar sistem mekanis . Engineer
 terkadang membutuhkan motor yang dapat memutar system mekanis dengan 
kecepatan konstan walau terjadi penambahan beban. Pada bangian ini kita 
akan membahas mengenai karakteristik torka dan kecepatan pada motor
i.        Regulasi Kecepatan
 Regulasi kecepatan didefinisikan sebagai perubahan kecepatan 
saat diberikan pembebanan penuh pada motor. Secara matematis dapat 
dinyatakan
 ii.      Karakteristik Torka-Kecepatan
ii.      Karakteristik Torka-Kecepatan
Agar dapat menggunakan motor DC secara tepat perlu dilakukan tinjauan
 terhadap kurva karakteristiknya seperti kurva torka/kecepatan dan kurva
 daya. Hubungan antara torka dan kecepatan pada motor merupakan salah 
satu basis pemilihan motor DC.
Motor DC separately-excited
Dari hubungan yang sudah dijelaskan

Dari persamaan developed torque

Substitusi dan rearrange didapat

Persamaan ini menunjukkan hubungan antara torka dan kecepatan dari separately excited DC motor. Jika tegangan terminal V
T dan fluks dijaga konstan, plot dari kurva karakterisitik berbentuk :

Grafik diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan trade-off antara 
torka yang diberikan oleh motor terhadap kecepatan putaran shaft. 
Terdapat dua bagian penting dalam kurva :
- Torka stall : merepresentasikan titik dimana torka maksimum namun shaft tidak berputar.
- Kecepatan tanpa pembebanan : Kecepatan maksimum dari putaran shaft ketika tidak ada torka yang diberikan oleh shaft.
Besar beban pada motor menentukan titik operasi akhir dari motor. Kasus ini diiliustrasikan dalam skema berikut :
 Motor DC Shunt
 Motor DC Shunt
Motor DC shunt memiliki persamaan yang sama dengan motor separately excited dan memiliki karakteristik tork-kecepatan yang sama
Motor DC Seri
Analisis karakteristik motor DC seri dapat dihasilkan dengan cara yang sama seperti pada motor Shunt.
Developed torque dari rotor :

Asumsi bahwa fluks magnet berbanding lurus terhadap arus (tidak ada saturasi kemagnetan)

Pada motor seri I
f  = I
a

dimana Kf bergantung darigeometri lilitan sirkuit sehingga torque developed menjadi

Dengan KVL (lihat skema)

Dan besar

Substitusi ke arus didapat

Fungsi Torka-kecepatan

Didapat kurva karakteristik
 RUGI-RUGI (LOSSES)
RUGI-RUGI (LOSSES)
Saat daya listrik dari catu daya dubah menjadi daya memutar shaft 
oleh motor DC terdapat daya yang hilang selama aliran. Dalam skematik, 
kehilangan daya dalam aliran listrik dapat digambarkan sebagai berikut
 
Besar input daya total diberikan oleh persamaan:
 
- Rugi konduktor (copper losses)
Daya yang dikonversi menjadi panas oleh lilitan stator

Daya yang dikonversi menjadi panas oleh lilitan armature

Sehingga total copper losses
 
- Rugi akibat rotasi (rotational losses)
Rugi daya yang dihasilkan akibat gesekan shaft , efek eddy-current 
dan hysteresis. Rotational losses sebanding dengan kecepatan putaran 
motor
 EFISIENSI
EFISIENSI
Dari uraian diatas, efisiensi dari motor DC dapat ditentukan dengan persamaan :

Dengan menjabarkan rugi-rugi daya
