Cerita Untuk Rachel
Pagi itu, Rachel, Sarah, dan Risa
berbincang dengan penuh semangat di dalam kelas. Wajah ketuganya tampak cerah
dan sangat ceria. Semua itu karena mereka akan menonton konser “Girls
Generation” secara langsung. Maklum saja, ketiganya sangat menyukai segala hal
yang berbau Korea, dan Girls Generation merupakan salah satu idola mereka.
“Kakak ku. sudah beli tiket nih!!!.
Nanti sore, kalian ke rumahku ya!. buat ambil tiketnya...” ujar Rachel.
“Pasti dong! Oh ya, bilang ke
kakakmu ya, ‘Terima kasih buat tiketnya’... “ jawab Sarah bersemangat.
“Iya nih.... iya kalau konser band
lokal, ini kan konsernya SNSD!!. Aku jadi nggak sabar deh!” timpal Risa tak
kalah bersemangat.
“Oke... oke...! oh ya, pelajaran
pertama hari ini apa sih?” tanya Rachel.
“Pelajaran pertama... ehm, oh iya..
PKN!. Terus pelajaran berikutnya Bahasa Indonesia. Kenapa sih?” jawab Risa:
Rachel mendesah, “Aduuuh, PKN?
Ngantuk nih!” keluhnya.
“Iya... sudah pelajaran PKN,
setelahnya pelajaran Bahsa Indonesia! Kenapa ya, sekolah kita nggak ada
pelajaran Bahasa Korea nya? Asyik deh pastinya... ada pelajaran bahasa asing
juga, pelajaran Bahasa Perancis!. Siapa sih, yang punya cita-cita pergi ke
perancis,terus tinggal disana? Nggak ada kan?!” tambah Sarah.
KRING.... KRING.... KRING....
Bel sekolah tanda pelajaran pertama
berbunyi, yang membuat kekusutan masalah pelajaran di otak Rachel dan
teman-temannya semakin kusut.
Beberapa menit kemudian, pak Irfan
yang menjadi guru PKN masuk ke kelas Rachel.
“Pagi anak-anak !” sapa pak Irfan.
“Pagi pak!” semua siswa di kelas itu
masih sibuk mengambil buku, menggeser meja, dan sebagainya, sementara pak Irfan
diam menunggu kelas diam.
“Diiih, belum apa-apa sudah ngantuk
nih...” ujar Rachel, merengut.
“Iya nih! Oh ya, nanti aku ke rumahmu
buat ambil tiket jam berapa?” timpal Risa.
“jam 5 sore ya, aku tunggu lho. Awas
kalau telat. Kalian biasanya lama sih!” jawab Rachel.
“Tiket apa sih?” tanya Tasya yang
duduk di samping Risa.
“Itu lho, konsernya SNSD... Aku,
Sarah, sama Risa mau ninton. Kita sudah beli tiket lho. VIP lagi!” Jawab Rachel
bangga.
“Duuh, segitunya juga sih para
KPOPers!” ujar Tasya mencibir:.
“Biar dong! Terus kenapa?” tanya
Sarah sewot.
Tiba-tiba pak Irfan mengetuk-etuk
meja, membuat kelas terdiam seketika.
“Nah anak-anak... sepertinya kalian
tampak tidak begitu berminat untuk membahas semua dasar hukum, pasal-pasal, dan
lainnya hari ini, jadi bapak akan bercerita sedikit untuk kalian....
Cerita ini merupakan kisah nyata
tentang kakak kelas kalian yang sudah lulus beberapa tahun yang lalu. Namanya
Vicky. Dia selalu meraih peringkat pertama di kelasnya. Nah, akhirnya setelah
lulus dari sekolah ini, dia mendapat beasiswa dari pemerintah untuk kuliah di
Korea Selatan...” ujar pak Irfan, yang membuat Rachel, Sarah, dan Risa
mendongak begitu mendengar “Korea Selatan” disebut.
“Di Korea pun, Vicky tetap
berprestasi, bahkan mengalahkan mahasiswa Korea sendiri.
Akhirnya dia mendapat tawaran
pekerjaan dari pemerintah Korea, dengan syarat dia harus tetap tinggal di
Korea.” Lanjut pak Irfan.
“Aduuh... enaknya,” bisik Rachel
kepada Sarah.
“Tetapi tawaran menarik itu
ditolaknya. Padahal gaji pekerjaan itu mencapai Rp.10.000.000 per bulan. Dan
ternyata alasan Vicky menolaknya, karena pekerjaan menarik itu mengharuskannya
menetap di Korea, sedangkan dia bisa bersekolah di Korea kan, berkat beasiswa
pemberian pemerintah Indonesia, dengan tujuan, agar dia bisa bermanfaat bagi
negara. Jika dia menerima pekerjaan itu, berarti Vicky sama saja dengan
melupakan Indonesia.” Pak Irfan terdiam sejenak.
“Hmmm... lebay banget sih...!. Cuma
gara-gara beasiswa, jadi ditolak deh pekerjaannya!” sungut Rachel sebal. Tasya
yang mendengarnya, hanya menggelengkan kepalanya saja.
“Jadi, inti kisah ini adalah....
rasa nasionalisme itu, bukan bagaimana kecerdasan kalian dalam mengingat
nama-nama pahlawan saja, atau seberapa merdu suara kalian dalam menyanyikan
lagu Nasional. Rasa Nasionalisme itu, bagaimana caranya agar kalian dapat
berguna, selalu menghormatai sejarah dan negara ini...” lanjut pak Irfan.
“Nah, Rachel.... dengerin tuh! Ingat
sama negaranya, jangan ingat lagu Korea terus!” sindir Tasya, membuat Rachel
diam.
6 tahun kemudian....
“Rachel... !. kau yakin akan kembali ke
Indonesia lagi?. Karirmu sangat bagus di
Perancis. Kenapa harus kembali?” tanya Fleur, rekan kerja Rachel.
“Ya... aku sudah memikirkannya
secara matang. Aku pikir, mungkin aku akan lebih berguna jika kembali ke
Indonesia...” jawab Rachel seraya tersenyum.
“Kalau begitu, aku berharap semoga
kau tetap sukses nantinya. Jaga dirimu baik-baik... “ ujar Fleur.
“Baiklah, aku akan mengunjungimu
liburan musim panas nanti... selamat tinggal, Fleur!” balas Rachel.
Inilah potret diri Rachel saat ini.
Sukses menjadi perancang terkenal di Perancis, tidak membuatnya lupa dengan
negaranya. Karena Rachel selalu mengingat cerita pak Irfan, cerita inspiratif
tentang Vicky, kakak kelasnya.